Rabu, 25 April 2012

fonologi


FONOLOGI



BAB I
PENDAHULUAN


1.              Latar Belakang
Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka kita akan mendengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang terdengar pula suara pemanjangan dan suara biasa.
Pembicaraan merupakan runtutan bunyi bahasa yang terus-menerus, kadang terdengar suara naik dan turun, hentian sejenak atau agak lama, tekanan keras atau lembut dan kadang suara pemanjangan atau biasa. Runtutan bunyi bahasa dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya ditandai dengan hentian atau jeda dalam runtutan bunyi.Pada tahap pertama, dapat disegmentasikan berdasarakan jeda yang paling besar kemudian pada tahap berikutnya dapat disegmentasikan lagi sampai pada kesatuan runtutan bunyi yang disebut silabel atau suku kata. Jadi, silabel merupakan satuan runtutan bunyi yang ditandai dengan satu satuan bunyi yang paling nyaring. Untuk menentukan ada berapa silabel pada sebuah kesatuan runtutan bunyi bisa dilihat dari jumlah vokal yang terdapat di dalamnya.
Bidang linguistik yang mempelajari runtuatan bahasa disebut fonologi.
Menurut hierarki satuan bunyi bahasa yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi dua, sebagai berikut:
- fonetik yaitu cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
- fonemik yitu cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa denagn memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.

2.                Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian fonologi?
2.      Apa pengertian dari macam-macam fonolologi serta kajian-kajian di dalamnya.

3.                Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan fonologi.
2.      Untuk mengetahui macam-macam dari fonologi.
3.      Untuk megetahui perbedaan fonetik dan fonemik, serta aspek-aspek yang dipelajari di dalamnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN FONOLOGI

Linguistik adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa. Secara etimologi terbentuk dari fon yaiti bunyi, dan logi yaitu ilmu.
            Fonologi berasal dari bahasa inggris phonology, dalam bahasa Indonesia fonologi. Para linguis Eropa sering menggunakan istilah fonologi sebagai ilmu bunyi bahasa. Sedangkan, linguis Amerika dulu sering menyebut fonetik untuk maksud yang sama, namun pada perkembangannya istilah fonologi lebih sering digunakan sebagai bidang khusus dalam linguistic yang bertugas mengamati bunyi-bunyi suatu bahasa menurut fungsinya untuk membedakan makna leksikal dalam bahasa. Jadi, fonologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya. Fonologi dibedakan menjadi dua, yaitu fonetik dan fonemik.

2.2 MACAM-MACAM FONOLOGI

a. Fonetik
Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, dibadakan menjadi tiga jenis fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.
  1. Fonemik artikulatoris, disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis atau artikuler,  mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan (berkenaan dengan masalah berbagai bunti-bunyi bahasa itu di uhasilkan atau diucapkan manusia).
  2.  Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau peristiwa alam (berkenaan dengan bidang fisika) atau menyelidiki tentang bunyi-bunyi bahasa menurut aspek-aspek fisisnya sebagai getaran udara. Bunyi bahasa yang dihasikan oleh alat-alat ucap tertentu akan menghasilkan gataran bunyi yang dapat didengar. Penyelidikan terhadap getaran bunyi yang ditimbulkan oleh alat-alat bicara ini memang rumit. Penyelidikan yang akurat terhadap bunyi-bunyi ini dapat dilakukan dengan peralatan elektronik dalam laboratorium fonetik. Di laboratorium terdapat alat yang namanya spektograf yang dapat menunjukkan intensitas dan volume ujaran.
  3. Fonetik audiotoris atau fonetik imperesif mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita (berkenaan dengan bidang kedokteran), atau cabang fonetik yang menyelidiki mengenai cara penerimaan bunyi-bunyi bahasa oleh telinga. Fonetik ini mempelajari bagaimana bunyi diinderakan melalui alat pendengaran dan syaraf si pendengar. Terdapat pula ilmu lain yang terkait dengan fonetik audiotorik adalah ilmu medis, khususnya ilmu kedokteran spesialis pendengaran (telinga) dan neurologi. Oleh karena itu, cabang ini tidak banyak terlibat dalam penyelidikan linguistik.

1.      Alat Ucap
Alat ucap manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa, alat ucap manusia yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama yang bersifat biologis. Seperti paru-paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap, dan gigi untuk mengunyah.

 Secara garis besar dan sederhana etrdapat beberapa alat-alat ucap manusia.
1.      Artikulator-artikulator
Bagian-bagian dari alat ucap manusia yang dapat di gerakkan atau di geserkan untuk menimbulkan suatu bunyi ujaran.
2.      Titik-titik Artikulasi
Bagian-bagian dari alat ucap manusia yang menjadi tujuan sentuh dari articulator. Alat ucap ini merupakan titik atau daerah tertentu yang terletak diatas artikulator-artikulator yang dapat disentuh atau didekati. Alat-alat ucap manusia, seperti misalnya: ujung lidah itu merupakan articulator karena dapat digeserkan ke atas atau ke bawah, ke depan atau ke belakang, dan dengan demikian alat ini dapat banyak menghasilkan bunyi. Gigi depan merupakan titik artikulasi karena ujung lidah dapat menyentuh atau mendekatinya.
3.      Paru-paru
Organ inilah yang dapat mengalirkan udara ke rongga sehingga menghasilkan bunyi-bunyi ujaran.
4.      Pita suara
Di ujung atas larink terdapat dua pita yang elastic di sebut pita suara. Letak pita suara horizontal dan di antara kedua pita suara terdapat suatu celah yang disebut glottis.
Misalnya nama-nama alat ucap itu sebagai berikut:
a. pangkal tenggorok (larynx)-laringal
b. rongga kerongkongan (pharynx)-faringal
c. pangkal lidah (dorsum)-doral
d. tengah lidah (medium)-medial
e. daun lidah (laminum)-laminal
f. ujung lidah (apex)-apikal
g. anak tekak (uvula)-uvulas
h. langit-langit lunak (velum)-velas
i. langit-langit keras (palatum)-palatal
j. gusi (alveolum)-alveolar
k. gigi (dentum)-dental
l. bibir (labium)-labial

2.      Proses Fonasi
Terjadinya bunti bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru mulai pangkal tenggorok ke pangkal tengorok, yang didalamnya trdapat pita suara. Supaya udara bisa terus keluar, pita suara itu harus berada dalam posisi terbuka.setelah melalui pita suara, yang merupakan jalan satu-satunyauntuk bisa keluar entah melalui rongga mulut atau rongga hidung, udara tadi diteruskan ke udara bebas.

3.      Tulisan Fonetik
Ada beberapa macam system tulisan dan ajaan dalam studi linguistic, di antaranya tulasan fonetik untuk ejaan fonetik, tulisan fonemis untuk ejaan fonemis,dan system aksara tertentu (seperti aksara latin dan, dan sebagainya) untuk ejaan ortografi.

4.      Klasafikasi bunyi
Bunyi bahasa di bedakan atas vokal dan konsonan.
Bunyi vokal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka sedikit ini menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru bunyi fokal, semuanya adalah bersuara, sebab dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit.
Bunyi konsonan terjadi, setelah arus  udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar,di teruskan ke rongga mulut atau rongga hidung dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi tertentu. Bunyi konsonan ada yang bersuara ada yang tidak; yang bersuara terjadi apabila pita suara terbuka sedikit, dan yang tidak bersuara apabila pita suara terbuka agak lebar.

a)      Klasaifikasi vocal
Bunyi vocal diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut.
Posisi lidah bisa bersifat vertical dan horizontal. Secara vertical dibedakan menjadi vocal tinggi, vocal tengah, dan vocal rendah. Secara horizontal dibedakan menjadi vocal depan, vocal pusat, dan  vocal belakang.
Berdasarkan bentuk mulut dibedakan adanya vokal bundar dan vocal tak bundar. Disubut vocal bundar karena bentuk mulut menbundarketika mengucapkan vocal itu. Disebut vocal tak bundar karena bentuk muluk tidak membundar,melainkan melebar, pada waktu mengucapkan vocal tersebut.

b) Diftong atau vocal rangkap
Disebut diftong atau vocal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi inipada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Diftong dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsure-unsurnya,sehingga dibedakan adanya diftong naik dan diftong turun. Disebut diftong naik karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua. Disebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi kedua.

   c). klasifikasi konsonan
Konsonan dibedakan berdasarkan posisi pita suara, tempat artikulasi dan cara artikulasi.
- berdasarkan posisi pita suara dibedakan adanya bunyi bersuara dan bunyi tidak bersuara.
- berdasarkan artikulasi, dibedakan menjadi:
1. bilabial yaitu konsonan terjadi pada kedua belah bibir.
2. labiodental yaitu konsonan terjadi pada gigi bawah dan bibir atas.
3. laminoalveolar yaitu konsonan terjadi pada daun lidah yang menempel pada gusi.
4. dorsovelar yaitu konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak.
- berdasarkan cara artikulasinya dibedakan menjdai konsonan hambat (plosif), geseran (frikatif), paduan, sengauan (nasal), getaran (trill), sampingan (lateral) serta hampiran (aproksiman).
5.      Unsur Suprasegmental
            Arus ujaran merupakan suatu runtunan bunyi yang sambung-bersambung terus-menerus diselang-seling dengan jeda singkat atau jeda agak singkat, disertai dengan keras lembut bunyi, tinggi rendah bunyi, dan sebagainya.

·         Tekanan atau stress
Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya suara.Bunyi yang diucapkan dengan arus udara kuat akan dihasilkan tekanan yang keras, begitu juga sebaliknya
·         Nada atau pitch
Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Suatu bunyi yang diucapkan dengan frekuensi getaran tinggi akan dihasilkan nada tinggi, begitu juga sebaliknya.
·         Jeda atau persendian
Jeda atau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar. Persendian dibedakan menjadi:
- sendi dalam yang menunjuk batas antara satu silabel denagn silabel lain
- sendi luar yang menunjuk batas lebih besar dari segmen silabel yang terdiri atas jeda antarkata dalam frase, jeda antar frase dalam klausa serta jeda antarkalimat dalam wacana.

6.      Silabel      
    Silabel yaitu satuan ritmis terkecil dalam arus ujaran atau runtutan bunyi. Satu silabel meliputi satu vokal atau satu vokal dan satu konsonan atau lebih. Bunyi silabis atau puncak kenyaringan juga terdiri pada sebuah vokal. Bunyi yang sekaligus dapat menjadi aset dan koda pada dua buah silabel yang berurutan disebut interlude. Sedangkan pengertian onset yaitu bunyi pertama pada sebuah silabel dan koda yaitu bunyi akhir pada sebuah silabel.

b. fonemik
fonemik berasal dari bahasa inggris phonemics, dalam bahasa Indonesia artinya ilmu yang mempelajari bunyi ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti. Fonemik menyelidiki bunyi bahasa tertentu, mempelajari fungsi bunyi untuk membedakan atau mengidentifikasi kata-kata tertentu. Fonemik sebagai cabang fonologi menganalisis sinkronis tertentu. Objek penelitian fonemik adalah fonem, yaitu bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.

1.      Identifikasi fonem
Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kata harus mencari sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi tersebut, lalu membandingkannya dengan bahasa lain yang mirip dengan bahasa yang pertama.bila ternyata dua bahasa itu berbeda maknanya maka bunyi tersebut adalah fonem, karena diaber fungsi membedakan kedua makna bahasa tersebut.

2.      Alofon
Adalah jenis-jenis fonem. Alofon-alofon dari sebuah fonem mempunyai kesamaan fonetis. Artiny, banyak mempunyai kesamaan dalam pengucapannya. Tentang distribusinya, mungkin bersifat komplementer , mungkin bersifat bebas.
Disribusi komplementer  atau saling melengkapi adalah distribusi yang tempatnya tidak bisa dipertukarkan meskipun dipertukarkan juga tidak akan menimbulkan perubahan makna.
Distribusi bebas adalah bahwa alofon-alofon itu boleh digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu.

3.      Klasifikasi fonem
Kreteria dan prosedur klasifikasi fonem sebenarnya sama dengan cara klasifikasi bunyi . Bedanya bila bunyi vocal dan konsonan itu banyak sekali, maka fonem vocal dan konsonan agak terbatas, sebab hanya bunyi yang dapat membedakan makna saja yang dapat menjadi fonem.

4.      Khasanah fonem
Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa. Jumlah fonem yang dimiliki suatu bahasa tidaklah sama dengan bahasa lain.

5.      Perubahan fonem
Fonem dapat dibedakan sebab sangat tergantung pada lingkunganya, atau pada fonem-fonem lain yang berada di sekitarnya. Kasus perubahan itu sebgai berikut:

              a. Asamilasi dan desimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi itu menjadi sama atau mempunyai cirri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya.

               b. Netralisasi dan arkifonen
Pelafalan kedua kata yang dieja berbeda itu menjadi sama merupakan suatu hasil   penetralan.  Apabila dalam linguistik, perubahan itu disebut arkifonem.



                  c. Umlaut, Ablaut, dan Harmoni Vocal
Umlaut barasal dari bahasa Jerman, dalam studi fonologi umlaut artinya perubahan vocal sedemikian rupa sehingga vokal itu di ubah menjadi vocal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vocal yang berikutnya yang tinggi.
Ablaut adalah perubahan vocal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa indo Jerman untuk menandai serbagia gramatikal.
Harmoni vocal berasal dari bahasa Turki, dalam bahasa Turki harmoni vocal itu berlangsung dari kiri ke kanan,atau dari silabel yang mendahului kea rah silabel yang menyusul. Sebaliknya, ada pula harmoni vocal dari kanan ke kiri.

                  d.  Kontraksi
Dalam percakapan yang cepat atau dalam situasi informal seringkali penutur menyingkat atau memperpendek ujaranya. Dalam pemendekan seperti ini, yang dapat berupa hilangnya sebuah fonem atau lebih,ada yang berupa kontraksi.
 
                  e.  Metatesis dan epentesis
proses metatesis bukan mengubah bentuk fonem menjadi fonem yang lain, melainkan mengubah arutan fonem yang terdapat dalam suatu kata.

6.      Fonen dan gramatikal
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan makna kata. Untuk menetapkan sebuah bunyi berstatus sebagai fonem atau bukan harus dicari pasangan manimalnya, berupa dua kata yang mirip, yang memiliki satu bunyi yang berbeda,sedang yang lain sama.




DAFTAR RUJUKAN

Tim Dosen. 2010. Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah: Makalah, Skripsi, Thesis, Disertasi. Malang: FKIP Universitas Muhammadiyah Malang.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta.
Cakrabuana’s Weblog. 2008. http// Resume Linguistik Umum. (Diakses 6 januari 2012).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar